“Listrik saya mahal banget! Pake panel surya bisa jadi lebih
murah nggak yah?”, keluh pelanggan PLN, yang memakai banyak listrik gara-gara
pake AC seharian.
“Bisa lah!”, jawab saya.
“Pasangin donk!”, jawab situ.
“Sini, kasih gue 25-juta”, jawab saya lagi.
“Gila luh, mending gue nggak pasang”, jawab situ.
Masalahnya, walau panel surya bisa mengurangi biaya listrik,
harga pasangnya memang sangat mahal. Pertanyaannya, “ada nggak sih, perhitungan
untung-rugi pasang panel surya?”.
Nah, tulisan kali ini bertujuan menjawab pertanyaan ini. “Kapan
gue untung kalo pake pasang panel surya?”
Mari, kita semua berpegangan tangan dan cipiki (cium pipi
kiri) dan cipika (cium pipi kanan) sesama. Karena, PLN sudah memberlakukan ‘net-metering’
melalui peraturan PLN nomor 0733.K/DIR/2013 [1].
Dengan adanya peraturan PLN ini, motivasi untuk memasang
panel surya ‘supaya untung’, dapat terealisasi.
Contoh masalah:
Seorang pelanggan PLN menggunakan listrik sebanyak 300kWh
sebulan (atau 10kWh) sehari, gara-gara pasang AC seharian. Menurut tarif PLN
terakhir [2], si pelanggan harus membayar 400-ribu rupiah sebulan (Rp 1.352 /
kWh, untuk golongan R-1/TR).
Dari contoh penggunaan di atas, bagaimana menghitung kalau
pemasangan panel surya itu untung atau rugi? Berapa besar panel surya yang
harus dipasang supaya untung? Ngitungnya gimana nih?
Tunggu dulu, perhitungannya memang tidak segampang ‘1 + 1’,
tapi nggak rumit juga. Sebelum nyebur lebih dalam, harus diingat, tujuan akhir
dari hitungan adalah mengetahui kapan modal kita bisa balik (inggrisnya ROI,
Return on Investment).
Dari perhitungan saya [3], di Indonesia, pasang panel surya
on-grid bisa modal balik dalam waktu 13 tahun (alias Return on Investment
sekitar 7.7%). Jangan lupa, jangka hidup panel surya itu dijamin selama 25
tahun. Jadi setelah modal balik (13 tahun), selebihnya untung…tung…tung.
Terus, off-grid itu apa?
Waduh, ini topik tersendiri dan lumayan rumit. Intinya:
Jadi, pedalaman Indonesia yang memakai gen-set itu 'Off-grid', karena tidak terhubung oleh PLN.
Terus, off-grid itu apa?
Waduh, ini topik tersendiri dan lumayan rumit. Intinya:
- On-grid: terhubung dengan 'grid'. 'Grid' di Indonesia adalah PLN.
- Off-grid: tidak terhubung dengan 'grid'. Jadi nggak ada hubungannya sama PLN.
Jadi, pedalaman Indonesia yang memakai gen-set itu 'Off-grid', karena tidak terhubung oleh PLN.
Referensi:
[1] http://www.containedenergy.com/residential/pln-net-metering-indonesia/
[2] http://www.pln.co.id/blog/tarif-tenaga-listrik/
[3] http://epxhilon.blogspot.com.au/2015/04/menghitung-untung-rugi-sistem-panel.html
No comments:
Post a Comment